Bisnis yang berbasis trasportasi taxi atau ojek online seperti Gojek dan Grab tentunya terpengaruh oleh adanya pandemi corona. Kedua decacorn ini pun akhirnya menerapkan beberapa strategi untuk mengantisipasi skenario terburuk dari pandemi Covid-19. Hal ini menyangkut diterapkannya kebijakan PSBB di area Jabodetabek. Kebijakan tersebut membuat permintaan konsumen terhadap layanan ini menurun.
Menurut catatan Gabungan Aksi Roda Dua (Garda), permintaan layanan ojek online turun 60-70%. “Untuk wilayah yang memberlakukan PSBB, turunnya sangat drastis 80-90%,” kata Igun Wicaksono, Ketua Presidium Garda, Rabu (20/5).
Namun lain halnya dengan layanan pesan-antar makanan seperti GoFood dan GrabFood yang meningkat 10-20%. Begitu pula dengan jasa pengiriman barang yang naik sekitar 10%. Co-founder Grab Tan Hooi Ling menyampaikan bahwa pendapatan dari layanan pesan-antar makanan GrabFood memang terjadi peningkatan. Namun, order jasa berbagi tumpangan baik GrabBike maupun GrabCar turun drastis.
“Pendapatan lebih rendah dibanding sebelum adanya pandemi Covid-19,” ujar Ling akhir pekan lalu (14/5).
“Selama ini, kami sedang mempersiapkan skenario terburuk, yang berpotensi menjadi ‘musim dingin’ yang sangat panjang.” Lanjut Ling.
Decacorn asal Singapura itu pun menyiapkan strategi untuk mengantisipasi skenario terburuk pandemi Covid-19. Salah satunya, Grab mulai menawarkan kepada karyawannya untuk bekerja dari rumah seperti cuti tanpa dibayar, pengurangan jam kerja, dan cuti panjang.
Grab juga melakukan pengurangan insentif untuk para mitra pengemudi. “Ada banyak ketidakpastian mengenai kedalaman dan durasi pandemi ini. Kami tidak tahu berapa lama resesi ekonomi akan berlangsung. Kami mengambil langkah aktif untuk menghemat uang dan mengelola basis karyawan kami,” kata juru bicara Grab, dikutip dari Tech in Asia.
Grab berfokus mendorong peningkatan transaksi. Salah satunya, memperluas layanan GrabMart dan GrabAssistant. Sebab, permintaan layanan ini dinilai meningkat di tengah kebijakan PSBB. Langkah-langkah ini dilakukan Grab untuk mengimbangi penurunan permintaan layanan GrabBike dan GrabCar.
“Covid-19 merupakan krisis tunggal terbesar yang mempengaruhi Grab dalam delapan tahun keberadaan kami,” kata CEO Grab Anthony Tan dikutip dari Bloomberg, bulan lalu (20/4).
Di sisi lain, Gojek mendorong transaksi dengan memanfaatkan ekosistem. Salah satunya, perusahaan menyalurkan bantuan berupa makanan kepada tenaga medis dengan memaksimalkan mitra penjual GoFood dan pengiriman barang GoBox. Dengan begitu, transaksi GoFood dan GoBox bisa meningkat.
Secara khusus, Gojek juga menggelar kampanye promosi Hari Kuliner Nasional (Harkulnas) yang menghasilkan transaksi GoFood meningkat 10% sejak awal Mei atau saat ramadan.
“Ini untuk meningkatkan eksposur dan visibilitas mitra usaha agar menjaga kelangsungan pendapatan merchant termasuk UMKM,” kata Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo.
Gojek dan Grab juga sama-sama menggandeng pemerintah untuk menyalurkan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat, sehingga meningkatkan permintaan layanan GoRide dan GrabBike. Keduanya juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan dan perbankan untuk meringankan beban cicilan kredit para mitra.
Yang terbaru, kedua decacorn tersebut menggandeng Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk menyediakan fasilitas pinjaman dengan bunga rendah kepada mitra pengemudi dan merchant penjual. Selain itu, Gojek mendorong transaksi pembayaran melalui GoPay. Saat ramadan kemarin misalnya, pembayaran zakat online melonjak dua kali lipat sejak Maret.
Secara global, pandemi corona berdampak terhadap perusahaan yang menyediakan layanan trasportasi. Riset Reportlinker menunjukkan, petinggi beberapa perusahaan menurunkan proyeksi nilai pasar industri ride hailing pada tahun depan. Sebelumnya, nilai pasar industri tersebut diprediksi akan mencapai US$ 117,34 miliar pada tahun depan atau tumbuh 55,6%. Dengan adanya pandemi, proyeksi ini dipangkas 2%.
(Indonesiatech)