Saat ini Indonesia tengah mengalami lonjakan jumlah investor ritel berkat maraknya platform investasi lokal seperti Bibit, Bareksa, dan Ajaib.
Dalam jangka waktu setahun sejak diluncurkan, Ajaib berhasil mencapai posisi ketiga di antara platform investasi paling populer di Indonesia, menurut App Annie. Semuanya berawal pada tahun 2018, ketika Anderson Sumarli, yang saat itu menjabat sebagai konsultan untuk Boston Consulting Group (BCG) dan investor paruh waktu, berjuang untuk mengikuti volatilitas pasar saham dan obligasi.
“Saya sibuk dengan pekerjaan saya dan tidak punya waktu untuk memantau perubahan [di pasar investasi], tetapi saya ingin berinvestasi. Tampaknya, masalahnya bukan hanya bagi saya. Banyak rekan saya menghadapi masalah serupa,” tutur Sumarli, salah satu pendiri dan CEO Ajaib.
Sumarli bekerja sama dengan teman sekelasnya dari Thailand Yada Piyajomkwan selama program MBA di Stanford Graduate School of Business untuk membentuk Ajaib. Keduanya memiliki latar belakang konsultan keuangan, sedangkan Piyajomkwan juga memiliki pengalaman bekerja sebagai konsultan di McKinsey.
Sumarli mengambil inspirasi dari broker online lain di seluruh dunia, termasuk platform perdagangan Robinhood yang berbasis di AS dan XP Investimentos Brasil. Tujuannya adalah untuk menciptakan platform di mana kaum muda dapat mulai berinvestasi dengan sedikit uang dari kenyamanan smartphone mereka.
“Saya memulai Ajaib untuk menciptakan pengalaman perdagangan saham mobile-first untuk investor milenial pertama kali di Indonesia. Ajaib menggabungkan interface yang mudah dipahami dengan edukasi dalam aplikasi untuk milenial,” tambahnya.
Duo ini membawa proyek bisnis mereka ke program inkubator startup yang berbasis di AS Y Combinator dan diterima sebagai bagian dari musim panas 2018. Pada tahun 2019, Ajaib mulai beroperasi di Indonesia.
Ajaib memungkinkan investor pemula untuk membeli produk investasi seperti saham, reksa dana, pasar uang, dan sekuritas pendapatan tetap tanpa persyaratan pembelian minimum. Pengguna juga ditawarkan informasi yang relevan tentang saham dalam aplikasi, seperti data historis, tingkat kerugian, dan detail relevan lainnya untuk membantu mereka membuat keputusan.
“Kami tidak menggunakan algoritme rekomendasi di produk kami. Sebaliknya, kami percaya dalam memberikan informasi sebanyak mungkin kepada pengguna untuk membuat keputusan yang tepat,” ujar Sumarli.
Pada bulan Januari, Ajaib menutup putaran Seri A senilai USD 25 juta dari Alpha JWC Ventures dan Horizon Venture. Sejumlah besar modal baru akan dialokasikan untuk kampanye pendidikan perusahaan yang disebut #MentorInvestasi, yang diterjemahkan menjadi “Penasihat Investasi”.
“Ini untuk mendukung upaya pemerintah mengedukasi milenial tentang investasi dan perencanaan keuangan,” kata Sumarli.
Kampanye ini terutama menargetkan investor ritel muda Indonesia, berusia antara 18 hingga 30 tahun, dan tinggal di kota-kota lapis pertama. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor tersebut mencapai hampir 4 juta pada tahun 2020, 56% lebih banyak dari pada tahun 2019, berkat maraknya aplikasi investasi lokal.