Pelaku pasar masih berspekulasi akan kenaikan permintaan minyak sehingga membuat harga si emas hitam terus merangkak naik. Kini harga minyak mentah dunia kembali mencetak rekor tertinggi di tahun ini.
Rabu (9/6/2021) pukul 10.20 WIB, harga kontrak minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) naik lebih dari 0,7%. Kontrak Brent dibanderol di US$ 72,75/barel sementara untuk WTI dipatok di US$ 70,55/barel.
Sentimen India, Eropa dan komentar Menlu AS soal Iran kian mengerek harga minyak dunia ini.
Negara-negara barat seperti Eropa terus melonggarkan pengetatan. Sektor transportasi perlahan mulai bergeliat kembali. Kebutuhan akan bahan bakar menjadi meningkat seiring dengan membaiknya mobilitas publik.
“Data lalu lintas terbaru menunjukkan para pelancong mulai memadati jalan seiring dengan adanya pelonggaran pembatasan,” kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, sebagaimana diwartakan Reuters.
Data TomTom yang menunjukkan kemacetan lalu lintas di 15 kota Eropa telah mencapai level tertinggi sejak pandemi virus corona dimulai. Menurut analis ANZ hal ini akan menyebabkan dorongan permintaan yang semakin kuat.
Pada hari Selasa, Administrasi Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan pertumbuhan konsumsi bahan bakar tahun ini di Amerika Serikat sebagai konsumen minyak terbesar dunia menjadi 1,49 juta barel per hari (bph), naik dari perkiraan sebelumnya 1,39 juta bph.
Beralih ke Asia, India yang sebelumnya menerapkan lockdown ketat sejak bulan April kini perlahan mulai melonggarkan pembatasannya seiring dengan tambahan kasus baru yang menurun.
Di New Delhi dan beberapa kota lainnya, pemerintah berupaya mendorong aktivitas bisnis untuk beroperasi kembali guna mendorong perekonomian agar tidak jatuh terlalu dalam akibat karantina wilayah yang luas dan ketat.
Menambah sentimen positif untuk harga minyak adalah laporan dari asosiasi industri minyak AS yakni American Petroleum Institute (API) yang merilis data stok minyak minggu lalu.
Menurut perhitungan API stok minyak mentah di AS turun 2,1 juta barel minggu lalu, sesuai dengan perkiraan para analis. Kini pelaku pasar beralih ke rilis data resmi pemerintah AS hari ini waktu setempat.
Pelaku pasar juga terus mencermati progress perundingan nuklir antara Iran dengan negara Barat yang dikhawatirkan bakal meningkatkan pasokan minyak ke pasar sebesar 500 ribu bph karena Washington bisa saja mencabut sanksi ekspor minyak Iran.
Namun pernyataan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken seputar perundingan tersebut membuat kekhawatiran tersebut mereda. Menurut Blinken kalaupun AS dan Iran kembali sepakat untuk patuh pada pakta nuklir yang sempat ditinggalkan Trump, ratusan sanksi AS terhadap Iran masih tetap berlaku.
SUMBER
(Indonesiatech)
Komentar