Konsumsi data di Indonesia menunjukkan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dan mendorong tumbuhnya investasi. Untuk itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate mengatakan, pengelolaan data membutuhkan perhatian lebih seperti infrastrukur yang memadai.
“Jadi potensi investasi dan konsumsi data di Indonesia sangat besar. Ini juga proyeksi dari potensi ekonomi digital Indonesia yang bertumbuh dengan pesat seperti prognosisnya. Kita harapkan konsumsi data perkapita di Indonesia akan semakin meningkat dengan pemerintah membangun pusat data akan memberikan dorongan pada sektor privat juga segera membangun pusat data,” papar Menkominfo Johnny G. Plate dalam Kunjungan Lapangan meninjau Pembangunan Pusat Data Nasional, di Turi Beach Resort, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (24/06).
Menkominfo memberikan contoh, secara nasional konsumsi data Indonesia saat ini adalah 1 watt per kapita atau setara dengan 270 atau 300 megawatt. Jika dapat meningkatkan konsumsi menjadi 10 watt per kapita, maka dibutuhkan sekitar 2,7 gigawatt listrik.
“Apakah 10 watt per kapita itu tinggi? Belum juga. Prognosis itu tidak tinggi karena negara tetangga kita seperti Singapura misalnya, konsumsi datanya per kapita sebesar 100 watt,” jelasnya.
Dengan konsumsi data yang bertumbuh cepat itu, Johnny menilai hal itu bisa mendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Tak hanya itu, bahkan hal itu bisa mendorong tumbuhnya investasi pusat data di Indonesia.
“Perkiraan prognosis ekonomi digital Indonesia tahun 2025 sekitar USD124 milliar, sedangkan tahun 2030 diprediksi mencapai USD315 milliar. Itu merupakan 42% dari proyeksi digital ekonomi ASEAN, sehingga kita membutuhkan banyak pusat data,” terang Johnny.
Menurut Menteri Johnny, pengelolaan data akan berkaitan dengan kebutuhan pusat data dengan dukungan jaringan transmisi kabel serat optik dan listrik.
“Jika berbicara mengenai data, maka berhubungan dengan ketersediaan dua hal minimal. Pertama, tersedianya jaringan transmisi fiber optic. Kedua, tersedianya supply listrik karena data itu dilhat dari konsumsi listrik,” paparnya.
Menkominfo menilai, keberadaan data center yang dibangun di Jabodetabek, Kawasan Deltamas Industrial Estate, dan pusat data di kawasan Nongsa Digital Park, Batam, diharapkan dapat mendorong tumbuhnya investasi pusat data di Indonesia.
“Kedua kawasan ini merupakan contoh kawasan yang secara profesional telah siap menjadi Kawasan Ekonomi Digital Khusus. PDN pertama dibangun di Jabodetabek, Kawasan Deltamas Industrial Estate. Pusat data kedua dibangun di kawasan Nongsa Digital Park, Batam. Kedua PDN ini terhubung dan redundancy, sehingga bisa saling memberikan dukungan layanan datanya,” ungkap Johnny.
Selanjutnya mengenai pembangunan di Jabodetabek, ia menjelaskan hal itu dilatari posisi kawasan sebagai usat pemerintahan saat ini dan pusat bisnis Indonesia.
“Dan yang ketiga, akan dibangun di Balikpapan (Ibukota Negara Baru di Kalimantan Timur) dalam rangka melayani pusat pemerintahan baru, dan pusat data keempat akan dibangun di Labuan Bajo karena memang penggelaran fiber optic kita di wilayah selatan untuk menghubungkan Indonesia bagian barat dengan timur melalui wilayah selatan (fiber optic-nya). Jadi dari Jakarta (Jawa) dihubungkan ke Bali-Nusa tenggara Barat-Nusa Tenggara Timur-Maluku Tenggara dan Timika (Papua). Di sana juga dibangun pusat data yang keempat,” terangnya.
Terakhir Menteri Johnny menjelaskan, pembangunan Pusat Data Nasional di Batam akan dibiayai oleh Pemerintah Republik Korea. Kemudian, terkait dokumen pembiayaannya (financial Agreement) sedang dibicarakan antara EDCF dan Kementerian Keuangan RI.
(Indonesiatech)
Komentar