Perusahaan modal ventura di Asia Tenggara selama kuartal I 2020 berhasil mengumpulkan penggalangan dana baru sebesar US$ 1,3 miliar. Namun, para investor ini diprediksi semakin berhati-hati menanamkan modalnya di startup sejak kuartal II atau April dikarenakan pandemic corona yang belum diketahui kapan berakhirnya.
Berdasarkan data dari DealStreetAsia, total pendanaan yang dikumpulkan dari modal ventura tumbuh lebih dari tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Akan tetapi, perolehan ini belum terkena dampak pandemi corona.
“Performa penggalangan dana pada kuartal I belum sepenuhnya menggambarkan dampak dari pandemi Covid-19,” kata Andi Haswidi, Kepala riset pasar Asia Tenggara DealStreetAsia dikutip dari siaran pers, Rabu (27/5).
Hal ini karena mayoritas penggalangan dana dilakukan sebelum negara-negara di Asia Tenggara membatasi aktivitas warganya. Andi juga memperkirakan, penggalangan dana pada kuartal II dan seterusnya akan melemah. “Kami menyimpulkan bahwa tantangan akan semakin berat,” ujar Andi.
Para investor tidak akan berani mengambil risiko berinvestasi pada startup yang terkena dampak pandemi virus corona. “Para manajer dana kelolaan akan sangat berhati-hati dalam mendistribusikan investasi,” kata Andi. Imbasnya, nilai valuasi perusahaan startup akan berkurang.
Menurut catatan DealStreetAsia, dari total 10 hanya ada 5 perusahaan modal ventura yang berhasil mencapai akhir dari periode penggalangan dana (final close) total US$330 juta. Lima lainnya membukukan perolehan sementara (interim close) sebesar US$ 996 juta.
Singapura dan Indonesia keduanya mendominasi perolehan dana dengan besaran masing-masing US$ 865 juta dan US$ 161 juta. Hal ini dikarenakan basis dari perusahaan modal ventura yang berpengaruh di Asia Tenggara ada di dua negara tersebut.
(Indonesiatech)