Niat calon jemaah haji 2020 untuk melaksanakan rukun islam kelima itu tahun ini terpaksa harus dibatalkan. Situasi pandemi virus corona atau COVID-19 menyebabkan pemerintah membatalkan ibadah haji 2020. Di media sosial pun ramai menjadi perbincangan pro-kontra terutama di kalangan influencer.
Di Twitter, hastag #TangkapHaikalHassan menjadi tranding topic, hal ini disebabkan karena cuitan Haikal yang dianggap sebagai hoaks oleh banyak orang. Salah satunya Ketua Umum Cyber Indonesia, Muannas Alaidid atau lebih akrab disapa Habib Muannas.
“Untuk haikal hassan/siapapun, hentikan sebarkan hoax & kebencian soal haji yg sakral, isu ini sensitif semua demi kebaikan. kalo pun ada yg hrs bertanggung jawab haikal org paling tepat. Tak Hanya Haji 2020, Rukun Islam Kelima Pernah 40 Kali Dibatalkan,” ujarnya melalui akun @muannas_alaidid.
Diketahui, hari Senin (07/06/2021) Muannas bersama tim Cyber Indonesia akan melaporkan Haikal Hassan ke polisi karena dianggap telah menyebarkan berita hoaks dan juga meresahkan masyarakat di ruang publik.
Sebagai tambahan informasi, dikutip dari The New Arab yang mengambil dari Saudi King Abdulaziz Foundation for Research and Archives, telah terjadi sekitar 40 kali pembatalan haji. Ada beberapa penyebabnya sehingga ibadah haji yang rutin dilaksanakan pada bulan Dzulhidjah itu dibatalkan. Misalnya, konflik bersenjata juga wabah penyakit.
1. Serangan Qarmatian
Pembatalan haji sempat terjadi pada tahun 930 Masehi akibat pemberontakan Suku Qarmatian yang berbasis di Arab Timur. Di wilayah yang kini dikenal sebagai Bahrain ini, suku pimpinan Abu Tahir Al-Jannabi menyerang para muslim dengan sadis.
“Pemberontakan Qarmatian adalah insiden yang sangat penting dan besar dalam sejarah Islam. Pemimpin pemberontakan tidak hanya menyerang Makkah yang mengakibatkan penundaan haji serta ibadah lain, tapi juga simbol Islam yang sangat suci,” kata tokoh dan imam Umar Al-Qadri di Islamic Centre of Ireland, Dublin
Kelompok tersebut menjarah Hajar Al-Aswad dan potongan-potongannya serta menodai sumur zam-zam. Sumur yang dekat dengan Kakbah ini menjadi lokasi pembuangan mayat jamaah haji yang dibunuh. Batu Hajar Al-Aswad akhirnya kembali ke Makkah setelah 20 tahun.
2. Wabah kolera
Wabah kolera yang terjadi di sepanjang abad ke-19 telah mengakibatkan ratusan ribu jamaah haji tewas. Penundaan haji sempat terjadi di sepanjang 1837-1846 M.
Kolera kembali menyerang pada 1865 M di wilayah yang disebut Hijaz termasuk Makkah di Arab Saudi. Sebuah konferensi internasional kemudian digelar di Konstatinopel, kini disebut Istanbul, untuk menghadapi kolera.
Konferensi memutuskan pelabuhan yang menjadi tempat karantina sebelum jamaah melanjutkan perjalanan ibadah haji. Pelabuhan dibangun di wilayah seperti Sinai dan Hijaz untuk menekan risiko penyebaran penyakit. Antara tahun 1830 M hingga 1930 M tercatat sedikitnya ada 27 outbreak kolera pada jamaah haji di Makkah.
3. Wabah lainnya
Dikutip dari situs Arabia Weather, berikut wabah lain yang terjadi selama haji hingga harus ditunda
1814 – The Plague
Sekitar 8 ribu meninggal di negara yang masuk dalam wilayah Hijaz karena wabah
1831 – Indian pandemi
Penyakit yang disebut indian pandemi ini membunuh 3/4 jamaah haji yang ingin beribadah. Berdasarkan catatan pada 1246, penyakit dipercaya datang dari India dan mencapai outbreak saat musim haji.
1837 – Epidemic outbreaks
Musim haji menyaksikan epidemi ini hingga tahun 1840an.
4. Wabah typhoid dan meningitis
Outbreak typhoid pada 1895, yang disebut juga demam disentri, menyebar dari rombongan Madinah yang berlanjut dengan taraf lemah hingga Arafah. Penyakit ini tidak menyebar kemudian dan berakhir di Mina.
Selain typhoid, pelaksanaan haji juga mencatat outbreak meningitis yang terjadi pada 1987. Penyakit yang para dan sangat menular ini mengakibatkan sedikitnya 10 ribu kasus infeksi. Akibat penyakit ini, jamaah haji dan umroh wajib suntik vaksin meningitis untuk mencegah tertular penyakit.
(Indonesiatech)
Komentar